Translate

Kamis, 16 Oktober 2014

Manuskript al-Qur'an Pra Ustmani


Manuskript pertama hanya dikenal melalui laporan para Sarjana muslim awal. Berdasarkan sumber mereka, teks pada awalnya ditulis di atas kulit punggung unta, batu, atau potongan kulit selama Nabi hidup dalam rangka memelihara wahyu sebagaimana ketika mereka diturunkan. Bahkan jika konsep pembukuan sudah dikenal oleh mayarakat Muslim awal, tidak ada bukti keterangan yang menunjukan bahwa sebuah naskah kuno dengan teks wahyu  didapatkan sebelum kematian Muhamad. Seperti sebuah susunan yang ditutup dan oleh karena itu kurang menyesuaikan diri dengan sebuah situasi dimana al-qur’an masih menerima tambahan. Material yang beraneka ragam itu disebutkan dalam tradisi muslim menyatakan bahwa jumlah tersebut untuk mencatat makna bagi penggunaan pribadi, dan karenanya sangat berbeda dari sebuah teks yang diterbitkan dalam sebuah pengertian akhir untuk penggunaan modern.
            Walaupun demikian, tidak ada apa-apa dari catatan awal yang telah dipelihara_ pendapat lain mendukung gagsan dimana mereka tidak mempertimbangkan manuskript2 dalam sebuah pengertian yang penuh tentang kata (pesan)_ dan perkembangan  naskah al-Qur’an selanjutnya mengenyampingkan semua materialnya secara lengkap ke samping. Potongan kulit (pundak) dengan kutipan al-Qur’an dikenal dari periode selanjutnya, tapi tidak sesuai dengan percobaan yang telah mempunyai keseluruhan teks yang telah dicatat dalam kebiasaan (cara) tersebut. Berdasarkan pada salah satu sumber kristiani, Masyarakat Muslim awal menulis teks al-qur’an di atas gulungan surat perkamen, atas tiruan dari Kitab Taurah agama Yahudi. Kini lagi, lebih dulu, tidak ada bukti material selamat yang memperkuat claim tersebut. Gulungan-gulungan perkamen dengan teks al-Qur’an diterbitkan oleh S.Ori are rotuli dan tidak volumina seperti Taurat.
            Beberpa waktu sebelum abad 6H/12 M, salinan kuno al-qur’an memperoleh reputasi penulisan oleh Utsman, Ali bin Abi Thalib, atau Figure terkemuka lainya pada masa awal Islam; dalam beberapa tempat, seperti di Cordoba, teks ada dalam permintaan yang hanya memuat bberapa halaman, ketika di Damaskus, seluruh salinan al-Qur’an disimpan di dalam Masjid Agung. Penilaian dari manuskrip yang telah diselamatkan, penyebabnya seringkali didasarkan atas sebuah catatan dari seorang ahli selanjutnya, tapi terkadang sebuah tanda terbit  terlihat untuk memberi dukungan pada klaim ini. Al-Munajid telah berusaha untuk melawan klaim-klaim seperti itu,