Manuskript
pertama hanya dikenal melalui laporan para Sarjana muslim awal. Berdasarkan
sumber mereka, teks pada awalnya ditulis di atas kulit punggung unta, batu,
atau potongan kulit selama Nabi hidup dalam rangka memelihara wahyu sebagaimana
ketika mereka diturunkan. Bahkan jika konsep pembukuan sudah dikenal oleh
mayarakat Muslim awal, tidak ada bukti keterangan yang menunjukan bahwa sebuah
naskah kuno dengan teks wahyu didapatkan
sebelum kematian Muhamad. Seperti sebuah susunan yang ditutup dan oleh karena
itu kurang menyesuaikan diri dengan sebuah situasi dimana al-qur’an masih
menerima tambahan. Material yang beraneka ragam itu disebutkan dalam tradisi
muslim menyatakan bahwa jumlah tersebut untuk mencatat makna bagi penggunaan
pribadi, dan karenanya sangat berbeda dari sebuah teks yang diterbitkan dalam
sebuah pengertian akhir untuk penggunaan modern.
Walaupun demikian, tidak ada apa-apa
dari catatan awal yang telah dipelihara_ pendapat lain mendukung gagsan dimana
mereka tidak mempertimbangkan manuskript2 dalam sebuah pengertian yang penuh
tentang kata (pesan)_ dan perkembangan naskah al-Qur’an selanjutnya mengenyampingkan
semua materialnya secara lengkap ke samping. Potongan kulit (pundak) dengan
kutipan al-Qur’an dikenal dari periode selanjutnya, tapi tidak sesuai dengan
percobaan yang telah mempunyai keseluruhan teks yang telah dicatat dalam
kebiasaan (cara) tersebut. Berdasarkan pada salah satu sumber kristiani,
Masyarakat Muslim awal menulis teks al-qur’an di atas gulungan surat perkamen,
atas tiruan dari Kitab Taurah agama Yahudi. Kini lagi, lebih dulu, tidak ada
bukti material selamat yang memperkuat claim tersebut. Gulungan-gulungan
perkamen dengan teks al-Qur’an diterbitkan oleh S.Ori are rotuli dan
tidak volumina seperti Taurat.
Beberpa waktu sebelum abad 6H/12 M,
salinan kuno al-qur’an memperoleh reputasi penulisan oleh Utsman, Ali bin Abi
Thalib, atau Figure terkemuka lainya pada masa awal Islam; dalam beberapa
tempat, seperti di Cordoba, teks ada dalam permintaan yang hanya memuat bberapa
halaman, ketika di Damaskus, seluruh salinan al-Qur’an disimpan di dalam Masjid
Agung. Penilaian dari manuskrip yang telah diselamatkan, penyebabnya seringkali
didasarkan atas sebuah catatan dari seorang ahli selanjutnya, tapi terkadang
sebuah tanda terbit terlihat untuk
memberi dukungan pada klaim ini. Al-Munajid telah berusaha untuk melawan
klaim-klaim seperti itu,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar