Hans Georg Gadamer, seorang filosof besar asal Jerman yang
meninggal pada tanggal 14 Maret 2002, merupakan tokoh besar hermeneutik yang
berusaha mendialogkan kebenaran historis atau kebenaran kontekstual dengan
kebenaran ahistoris atau kebenaran obyektif. Menurut Gadamer, dalam membaca
teks, setiap orang selalu berangkat dari pra-pemahaman (pre-understanding)
yang dimilikinya. Prapemahaman yang dimiliki seorang reader akan selalu
memainkan peran ketika ia membaca suatu teks. Secara praktis, prapemahaman ini
diwarnai oleh tradisi ruang dan waktu dimana si reader berada, dan perkiraan
awal (pre-judice) yang terbentuk dalam tradisi-tradisi tersebut.
Menurut Gadamer, prapemahaman harus selalu ada ketika pembaca
menafsirkan teks, agar ia mampu mendialogkan tradisi yang ada pada diri pembaca
(baca: prapemahaman) dengan tradisi yang ada pada diri objektif teks itu
sendiri. Pada prosesnya, reader harus selalu berusaha memperbarui
prapemahamanya. Inilah yang dimaksud Gadamer dengan penggabungan atau asimilasi
horison (fusion of horizons). Berdasarkan teori ini, proses penafsiran
redaer terhadap suatu teks selalu dipengaruhi oleh dua horison, yakni cakrawala
(pengetahuan) atau horison yang ada di dalam teks dan cakrawala (pemahaman)
atau horison reader. Kedua macam horison ini selalu berdialektika dalam proses
pemahaman dan penafsiran. Seorang pembaca teks akan memulai pemahaman dengan
cakrawala hermeneutiknya, dari prapemahaman yang dimilikinya. Namun, dia juga
memperhatikan bahwa teks yang dia baca mempunyai horisonnya sendiri yang
mungkin berbeda dengan horison yang dimiliki pembaca. Dua bentuk horison ini,
menurut Gadamer, harus dikomunikasikan, sehingga ketegangan di antara keduanya
dapat diatasi. Oleh karena itu, ketika seseorang membaca teks yang muncul pada
masa lalu, maka dia harus memperhatikan horison historis di mana teks tersebut
diproduksi (baca: diungkapkan atau ditulis).
Seorang reader harus memiliki keterbukaan untuk mengakui
adanya horison lain, yakni horison teks yang mungkin berbeda atau bahkan
bertentangan dengan horison pembaca. Dalam hal ini, Gadamer menegaskan, “Saya
harus membiarkan teks masa lalu berbicara (memberikan informasi tentang sesuatu).
Hal ini tidak semata-mata berarti sebuah pengakuan terhadap ‘keberbedaan’ masa
lalu, tetapi juga bahwa teks masa lalu mempunyai sesuatu yang harus dikatakan
kepadaku.” Intinya, memahami sebuah teks berarti membiarkan teks yang dimaksud
berbicara.
Interaksi di antara dua horison tersebut dinamakan “lingkaran
hermeneutik” (hermeneutical circle). Menurut
Gadamer, horison pembaca hanya berperan sebagai titik berpijak seseorang dalam
memahami teks. Titik pijak pembaca ini hanya merupakan sebuah “pendapat” atau
“kemungkinan” bahwa teks berbicara tentang sesuatu. Titik pijak ini tidak boleh
dibiarkan memaksa pembaca agar teks harus berbicara sesuai dengan titik
pijaknya. Sebaliknya, titik pijak ini justru harus bisa membantu memahami apa
yang sebenarnya dimaksud oleh teks. Dalam proses ini terjadi pertemuan antara
subjektivitas pembaca dan objektivitas teks, di mana makna objektif teks harus
lebih diutamakan oleh pembaca atau penafsir teks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar